KESALAHAN-KESALAHAN
SYEIKH AL-ALBANI DALAM MELEMAHKAN SUATU HADITS
KESALAHAN-KESALAHAN SYEIKH AL-ALBANI DALAM
MELEMAHKAN HADITS
Tujuan kami mengutip kesalahan-kesalahan Syeikh Al-Albani
ini bukan untuk memecah belah antara muslimin tapi tidak lain adalah untuk
lebih meyakinkan para pembaca bahwa Syeikh ini sendiri masih banyak kesalahan
dan belum yakin serta masih belum banyak mengetahui mengenai hadits karena
masih banyak kontradiksi yang beliau kutip didalam buku-bukunya
. Dengan
demikian hadits atau riwayat yang dilemahkan, dipalsukan dan sebagainya oleh
Syeikh ini serta pengikut-pengikutnya tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya,
harus diteliti dan diperiksa lagi oleh ulama madzhab lainnya.
Contoh-contoh kesalahan Syeikh
Albani ini yaitu umpamanya disatu halaman atau bukunya mengatakan hadits
..Lemah tapi dihalaman atau dibuku lainnya mengatakan hadits (yang sama itu)
….Shohih atau Hasan. Begitu juga beliau disatu buku atau halaman mengatakan
bahwa perawi…. adalah tidak Bisa Dipercaya banyak membuat kesalahan dan
sebagainya, tapi dibuku atau halaman lainnya beliau mengatakan bahwa perawi
(yang sama ini) Dapat Dipercaya dan Baik. Begitu juga beliau disatu halaman
atau bukunya memuji-muji perawi…atau ulama…tapi dibuku atau halaman
lainnya beliau ini mencela perawi atau ulama (yang sama tersebut). Juga
diantara ulama-ulama pengeritik Al-Albani ini ada yang berkata; Kontradiksi
tentang hadits Nabi saw. itu atau perubahan pendapat terdapat juga pada
empat ulama pakar yang terkenal (Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam
Hanbali) atau ulama lainnya!
Perubahan pendapat para ulama ini
biasanya yang berkaitan dengan pendapat atau ijtihadnya sendiri. Misalnya;
Disalah satu kitab mereka membolehkan suatu masalah sedangkan pada kitabnya
yang lain memakruhkan atau mengharamkan masalah yang sama ini atau sebaliknya.
Perubahan pendapat ulama ini kebanyakan tidak ada sangkut pautnya dengan hadits
yang mereka kemukakan sebelum dan sesudahnya, tapi kebanyakan yang bersangkutan
dengan pendapat atau ijtihadnya sendiri waktu mengartikan hadits yang
bersangkutan tersebut. Dan seandainya diketemukan adanya kontradiksi mengenai
hadits yang disebutkan ulama ini pada kitabnya yang satu dengan kitabnya yang
lain, maka kontradiksi ini tidak akan kita dapati lebih dari 10 hadits. Jadi
bukan ratusan yang diketemukan.
Tapi yang lebih aneh lagi ulama
golongan Salafi (baca:Wahabi) tetap mempunyai keyakinan tidak ada kontradiksi
atau kesalahan dalam hadits yang dikemukakan oleh al-AlBani tersebut tapi lebih
merupakan ralat, koreksi atau rujukan. Sebagaimana alasan yang mereka ungkapkan
sebagai berikut; umpama al-Albani menetapkan dalam kitabnya suatu hadits
kemudian dalam kitab beliau lainnya menyalahi dengan kitab yang pertama ini
bisa dikatakan bahwa dia meralat atau merujuk hal tersebut! Alasan ini baik
oleh ulama maupun awam (bukan ulama) tidak bisa diterima baik secara aqli
(akal) maupun naqli (menurut nash). Seorang yang dijuluki ulama pakar oleh
sekte Wahabi dan sebagai Imam Muhadditsin karena ilmu haditsnya seperti samudra
yang tidak bertepian, seharusnya sebelum menulis satu hadits, beliau harus tahu
dan meneliti lebih dalam apakah hadits yang akan ditulis tersebut shohih atau
lemah, terputus dan sebagainya. Sehingga tidak memerlukan ralatan yang begitu
banyak lagi pada kitabnya yang lain. Apalagi ralatan tersebut –yang diketemukan
para ulama– bukan puluhan tapi ratusan! Sebenarnya yang bisa dianggap sebagai
ralatan yaitu bila sipenulis menyatakan dibukunya sebagai berikut; hadits
..…yang saya sebutkan pada kitab .… sebenarnya bukan sebagai hadits …..(dhoif,
maudhu’ dan sebagainya) tapi sebagai hadits…… ( shohih dan sebagainya). Dalam
kata-kata semacam ini jelas si penulis telah mengakui kesalahannya serta
meralat pada kitabnya yang lain. Selama hal tersebut tidak dilakukan maka ini
berarti bukan ralatan atau rujukan tapi kesalahan dan kekurang telitian si
penulis.
Golongan Salafi/Wahabi ini bukan hanya
tidak mau menerima keritikan ulama-ulama yang tidak sependapat dengan ulama
mereka, malah justru sebaliknya mengecam pribadi ulama-ulama yang mengeritik
ini sebagai orang yang bodoh, golongan zindik, tidak mengerti bahasa Arab, dan
lain sebagainya. Mereka juga menulis hadits-hadits Nabi saw. dan wejangan
ulama-ulamanya –untuk menjawab kritikan ini– tetapi sebagian isinya tidak ada
sangkut pautnya dengan kritikan yang diajukan oleh para ulama madzhab selain
madzhab Salafi (baca:Wahabi)!! Alangkah baiknya kalau golongan Salafi ini tidak
mencela siapa/ bagaimana pribadi ulama pengeritik itu, tapi mereka langsung
membahas atau menjawab satu persatu dengan dalil yang aqli dan naqli masalah
yang dikritik tersebut. Sehingga bila jawabannya itu benar maka sudah pasti
ulama-ulama pengeritik ini dan para pembaca akan menerima jawaban golongan
Wahabi dengan baik. Ini tidak lain karena keegoisan dan kefanatikan pada
ulamanya sendiri sehingga mereka tidak mau terima semua keritikan-keritikan
tersebut, dan mereka berusaha dengan jalan apa pun untuk membenarkan
riwayat-riwayat atau nash baik yang dikutip oleh al-Albani maupun ulama mereka
lainnya. Sayang sekali golongan Salafi ini merasa dirinya yang paling
pandai memahami ayat al-Qur’an dan Sunnah Rasulallah saw., paling suci, dan
merasa satu-satunya golongan yang memurnikan agama Islam dan sebagainya. Dengan
demikian mudah mensesatkan, mensyirikkan sesama muslimin yang tidak
sepaham dengan pendapatnya.
Mari kita sekarang meneliti sebagian
pilihan/seleksi isi buku Syeikh Saqqaf tentang kesalahan-kesalahan al-Albani
yang kami kutip bahasa Inggrisnya dan kami terjemahkan serta susun semampunya
dari versi bahasa Inggris dengan judul ‘Al-Albani’s Weakening of Some of Imam
Bukhari and Muslim’s Ahadit. Kitab asli bahasa Arabnya berjudul ‘Tanaqadat
al-Albani al-Wadihat’ (Kontradiksi yang nyata/ jelas pada Al-Albani) oleh
Syeikh Saqqaf, Amman, Jordania.
AL-ALBANI’S WEAKENING OF SOME OF
IMAM BUKHARI AND MUSLIM’S AHADITH.
Al-Albani melemahkan beberapa hadits
dari Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Al-Albani has said in “Sharh
al-Aqeedah at-Tahaweeah, pg. 27-28″ (8th edition, Maktab al-Islami) by Shaykh
Ibn Abi al-Izz al-Hanafi (Rahimahullah), that any Hadith coming from the Shohih
collections of al-Bukhari and Muslim is Shohih, not because they were narrated
by Bukhari and Muslim, but because the Ahadith are in fact correct. But he
clearly contradicts himself, since he has weakened Ahadith from Bukhari and
Muslim himself! Now let us consider this information in the light of elaboration
:-
Syekh Al-Albani telah berkata
didalam Syarh Al-Aqidah at-Tahaweeah hal.27-28 cet.ke 8 Maktab Al-Islami
oleh Sjeik Ibn Abi Al-Izz Al-Hanafi (Rahimahullah). “Hadits-hadits shohih yang
dikumpulkan oleh Bukhori dan Muslim bukan karena diriwayatkan oleh mereka tapi
karena hadits-hadits tersebut sendiri shohih”. !
Tetapi dia (Albani) telah nyata
berlawanan dengan omongannya sendiri karena pernah melemahkan hadits dari dua
syeikh tersebut. Mari kita lihat beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam
Muslim yang dilemahkan oleh Syekh al-Albani keterangan berikut ini :
Selected translations from volume 1.
Terjemahan-terjemahan yang terpilih
dari jilid (volume) 1.
No.1: (*Pg. 10 no. 1 ) Hadith: The
Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) said: “Allah says I will be an
opponent to 3 persons on the day of resurrection: (a) One who makes a covenant
in my Name but he proves treacherous, (b) One who sells a free person (as a
slave) and eats the price (c) And one who employs a laborer and gets the full
work done by him, but doesn’t pay him his wages.” [Bukhari no 2114-Arabic
version, or see the English version 3/430 pg 236]. Al-Albani said that this
Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami wa Z iyadatuh, 4/111 no. 4054″. Little does
he know that this Hadith has been narrated by Ahmad and Bukhari from Abu
Hurayra (Allah be pleased with him)!!
No.1: (Hal. 10
nr.1) Sabda Rasulallah saw. bahwa Allah swt.berfirman: Aku musuh dari 3 orang
pada hari kebangkitan ; a) Orang yang mengadakan perjanjian atas NamaKu,
tetapi dia sendiri melakukan pengkhianatan atasnya b) Orang yang menjual orang
yang merdeka sebagai budak dan makan harta hasil penjualan tersebut c) orang
yang mengambil buruh untuk dikerjakan dan bekerja penuh untuk dia, tapi dia
tidak mau membayar gajihnya. (Bukhori no.2114 dalam versi bahasa Arab atau
dalam versi bahasa Inggris 3/430 hal. 236). Al-Albani berkata dalam Dhaif
Al-jami wa Ziyadatuh 4/111 nr. 4054. bahwa hadits ini lemah. Dia (Al-Albani)
memahami hanya sedikit tentang hadits, hadits diatas ini diriwayatkan oleh
Ahmad dan Bukhori dari Abu Hurairah ra.
No.2: (*Pg. 10 no. 2 ) Hadith:
“Sacrifice only a grown up cow unless it is difficult for you, in which case
sacrifice a ram.” [Muslim no. 1963-Arabic edition, or see the English version
3/4836 pg. 1086]. Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami
wa Ziyadatuh, 6/64 no. 6222.” Although this Hadith has been narrated by Imam’s
Ahmad, Muslim, Abu Dawood, Nisai and Ibn Majah from Jaabir (Allah be pleased
with him)!!
No.2: (Hal. 10
nr.2) Hadits : “Korbanlah satu sapi muda kecuali kalau itu sukar buatmu maka
korbanlah satu domba jantan” ( Muslim nr.1963 dalam versi bahasa Arab yang
versi bahasa Inggris 3/4836 hal.1086). Al-Albani berkata Daeef Al-Jami wa
Ziyadatuh, 6/64 nr. 6222 bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini
diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah dari
Jabir ra.
No.3: (*Pg. 10 no. 3 ) Hadith:
“Amongst the worst people in Allah’s sight on the Day of Judgement will be the
man who makes love to his wife and she to him, and he divulges her secret.”
[Muslim no. 1437- Arabic edition]. Al-Albani claims that this Hadith is DAEEF
in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/197 no. 2005.” Although it has been narrated
by Muslim from Abi Sayyed (Allah be pleased with him)!!
No.3: (Hal.10
nr.3) Hadits: ‘Termasuk orang yang paling buruk dan Allah swt. akan
mengadilinya pada hari pembalasan yaitu suami yang berhubung- an dengan
isterinya dan isteri berhubungan dengan suaminya dan dia menceriterakan rahasia
isterinya (pada orang lain) ‘ (Muslim nr.1437 penerbitan dalam bahasa Arab).
Al-Albani menyatakan dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/197 nr. 2005
bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abi
Sayyed ra.
No.4: (*Pg. 10 no. 4 ) Hadith: “If
someone woke up at night (for prayers) let him begin his prayers with 2 light
rak’ats.” [Muslim no. 768]. Al-Albani stated that this Hadith was DAEEF in
“Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 1/213 no. 718.” Although it is narrated by Muslim
and Ahmad from Abu Hurayra (may Allah be pleased with him)!!
No.4:
(Hal.10 nr.4) Hadits: “Bila seorang bangun malam (untuk sholat), maka mulailah
sholat dengan 2 raka’at ringan” (Muslim nr. 768). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami
wa Ziyadatuh, 1/213 nr. 718 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits
ini diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah.
No.5: (*Pg. 11 no. 5 ) Hadith: “You
will rise with shining foreheads and shining hands and feet on the Day of
Judgement by completing Wudhu properly. . . . . . . .” [Muslim no. 246].
Al-Albani claims it is DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/14 no. 1425.”
Although it has been narrated by Muslim from Abu Hurayra (Allah be pleased with
him)!!
No.5: (Hal.11 nr.
5) Hadits: ‘Engkau akan naik keatas dihari kiamat dengan cahaya dimuka, cahaya
ditangan dan kaki dari bekas wudu’ yang sempurna’ (Muslim nr 246). Al-Albani
dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/14 nr. 1425 menyatakan bahwa hadits ini
lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah.
No.6: (*Pg. 11 no. 6 ) Hadith: “The
greatest trust in the sight of Allah on the Day of Judgement is the man who
doesn’t divulge the secrets between him and his wife.” [Muslim no's 124 and
1437] Al-Albani claims it is DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/192 no. 1986.”
Although it has been narrated by Muslim, Ahmad and Abu Dawood from Abi Sayyed
(Allah be pleased with him)!!
No.6: (Hal.11 nr.
6) Hadits: ‘orang yang dimuliakan disisi Allah pada hari pembalasan (kiamat)
ialah yang tidak membuka rahasia antara dia dan isterinya’. (Muslim nr.124 dan
1437). Al-Albani dalam Dhaeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/192 nr. 1986 menyatakan
bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan
Abu Daud dari Abi Sayyed.
No.7: (*Pg. 11 no. 7 )Hadith: “If
anyone READS the last ten verses of Surah al-Kahf he will be saved from the
mischief of the Dajjal.” [Muslim no. 809]. Al-Albani said that this Hadith was
DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 5/233 no. 5772.”
NB- The word used by Muslim is
MEMORIZED and not READ as al-Albani claimed; what an awful mistake! This Hadith
has been narrated by Muslim, Ahmad and Nisai from Abi Darda (Allah be pleased
with him)!! (Also recorded by Imam Nawawi in “Riyadh us-Saliheen, 2/1021″ of
the English ed’n).
No.7: (Hal.11 nr.7)
Hadits: ‘Siapa yang membaca 10 surah terakhir dari Surah Al-Kahfi, akan
dilindungi dari kejahatan Dajjal ‘ (Muslim nr. 809). Al-Albani dalam
Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 5/233 nr. 5772 menyatakan hadits ini lemah.
Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Nasa’i dari Abi Darda
ra. juga dikutip oleh Imam Nawawi dalam Riyadhos Sholihin 2/1021 dalam versi
Inggris).
NotaBene: Didalam riwayat Muslim
disebut Menghafal (10 surat terakhir Al-Kahfi) bukan Membaca sebagaimana yang
dinyatakan Al-Albani, ini adalah kesalahan yang nyata !
No.8: (*Pg. 11 no. 8 ) Hadith: “The
Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) had a horse called al-Laheef.”
[Bukhari, see Fath al-Bari of Hafiz Ibn Hajar 6/58 no. 2855]. But Al-Albani
said that this Hadith was DAEEF in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 4/208 no.
4489.” Although it has been narrated by Bukhari from Sahl ibn Sa’ad (Allah be
pleased with him)!!! Shaykh Saqqaf said: “This is only anger from anguish,
little from a lot and if it wasn’t for the fear of lengthening and boring the
reader, I would have mentioned many other examples from al-Albani’s books
whilst reading them. Imagine what I would have found if I had traced everything
he wrote?”
AL-ALBANI’S INADEQUACY IN RESEARCH
(* Vol. 1 pg. 20) Shaykh Saqqaf said: “The strange and amazing thing is that
Shaykh l-Albani misquoted many great Hadith scholars and disregards them by his
lack of knowledge, either directly or indirectly! He crowns himself as an
unbeatable source and even tries to imitate the great scholars by using such
terms like “Lam aqif ala sanadih”, which means “I could not find the chain of
narration”, or using similar phrases! He also accuses some of the best
memorizers of Hadith for lack of attention, even though he is the one best
described by that!”
No. 8 (Hal.11 nr. 8) Hadits:
Rasulallah saw. mempunyai seekor kuda bernama Al Laheef’’ (Bukhori, lihat Fath
Al-Bari oleh Hafiz ibn Hajar 6/58 nr.2855). Tapi Al-Albani dalam “Daeef Al-Jami
wa Ziyadatuh, 4/208 nr. 4489 berkata bahwa hadits ini lemah. Walaupun
diriwayatkan oleh Bukhori dari Sahl Ibn Sa’ad ra.
Syeikh Segaf berkata : Ini hanya
marah dari sakit hati ! Kalau tidak karena takut terlalu panjang dan pembaca
menjadi bosan karenanya saya akan sebutkan banyak contoh-contoh dari buku-buku
Al-Albani …………..)
AL-ALBANI TIDAK SESUAI DALAM
PENYELIDIKANNYA (jilid 1 hal.20)
Syeikh Seggaf berkata: ‘ Sangat
heran dan mengejutkan, bahwa Syeikh Al-Albani menyalahkan dan menolak
hadits-hadits yang banyak diketengahkan oleh ulama-ulama pakar ahli hadits baik
secara langsung atau tidak secara langsung, tidak lain semuanya ini karena
kedangkalan ilmu Al-Albani ! . Dia mendudukkan dirinya sebagai sumber yang
tidak pernah dikalahkan. Dia sering meniru kata-kata para ulama pakar (dalam
menyelidiki suatu hadits) ‘Lam aqif ala sanadih’ artinya ‘ Saya
tidak menemukan rantaian sanadnya’ atau dengan kata-kata yang serupa. Dia juga
menyalahkan beberapa ulama pakar penghafal Hadits yang terbaik untuk kurang
perhatian, karena dia sendiri merasa sebagai penulis yang paling baik.
Now for some examples to prove our
point:
Beberapa contoh-contoh bukti yang
dimaksud berikut ini :
No.9: (* Pg. 20 no. 1 ) Al-Albani
said in “Irwa al-Ghalil, 6/251 no. 1847″ (in connection to a narration from
Ali): “I could not find the sanad.” Shaykh Saqqaf said: “Ridiculous! If this
al-Albani was any scholar of Islam, then he would have known that this Hadith
can be found in “Sunan al-Bayhaqi, 7/121″ :- Narrated by Abu Sayyed ibn Abi
Amarah, who said that Abu al-Abbas Muhammad ibn Yaqoob who said to us that
Ahmad ibn Abdal Hamid said that Abu Usama from Sufyan from Salma ibn Kahil from
Mu’awiya ibn Soayd who said, ‘I found this in my fathers book from Ali (Allah
be pleased with him).’”
No.9: (Hal. 20 nr.1) Al-Albani dalam
“Irwa Al-Ghalil, 6/251 nr. 1847″ berkata: (riwayat dari Ali): ‘ Saya tidak
menemukan sanadnya”.
Syeikh Seggaf berkata: ‘Menggelikan!
Bila Al-Albani ini orang yang terpelajar dalam Islam maka dia akan tahu bahwa
hadits ini ada dalam Sunan Al-Baihaqi 7/121 diriwayatkan dari Abi Sayyed ibn
Abi Amarah yang katanya bahwa Abu Al-Abbas Muhammad ibn Yaqub berkata pada kami
bahwa Ahmad ibn Abdal Hamid berkata, bahwa Abu Usama dari Sufyan dari Salma ibn
Kahil dari Mu’awiyah ibn Soayd berkata, Saya menemukan ini dalam buku ayah saya
dari Ali kw.
No.10: (* Pg. 21 no. 2 ) Al-Albani
said in ‘Irwa al-Ghalil, 3/283′: Hadith of Ibn Umar ‘Kisses are usury,’ I could
not find the sanad.” Shaykh Saqqaf said: “This is outrageously wrong for surely
this is mentioned in ‘Fatawa al-Shaykh ibn Taymiyya al-Misriyah (3/295)’: ‘Harb
said Obaidullah ibn Mu’az said to us, my father said to me that Soayd from
Jiballa who heard Ibn Umar (Allah be pleased with him) as saying: Kisses are
usury.’ And these narrators are all authentic according to Ibn Taymiyya!”
No.10: (Hal.21 nr.2)
Al-Albani dalam ‘Irwa Al-Ghalil, 3/283′ berkata; Hadits dari Ibn Umar
(Ciuman-ciuman adalah bunga yang tinggi [riba’) Saya tidak menemukan sanadnya.
Syeikh Seggaf berkata: Ini kesalahan
yang sangat aneh ! Ini sudah ada didalam Fatwa Syeikh Ibn Taimiyya Al-Misriyah
3/295: “Harb berkata bahwa Ubaidullah ibn Mu’az berkata pada kita; ayah saya
berkata bahwa Suaid dari Jiballa mendengar dari Ibn Umar ra berkata: ‘
Ciuman-ciuman itu adalah (bunga?) yang tinggi ‘ Dan perawi-perawi dapat
dipercaya menurut Ibn Taimiyyah !
No.11: (* Pg. 21 no. 3 ) Hadith of
Ibn Masood (Allah be pleased with him): "The Qur'an was sent down in 7
dialects. Everyone of its verses has an explicit and implicit meaning and every
interdiction is learly defined." Al-Albani stated in his checking of
"Mishkat ul-Masabih, 1/80 no. 238" that the author of Mishkat
concluded many Ahadith with the words "Narrated in Sharh us-Sunnah,"
but when he examined the chapter on Ilm and in Fadail al-Qur'an he could not
find it! Shaykh Saqqaf said: "The great scholar has spoken! Wrongly as
usual. I wish to say to this fraud that if he is seriously interested in
finding this Hadith we suggest he looks in the chapter entitled 'Al-Khusama fi
al-Qur'an' from Sharh-us-Sunnah (1/262), and narrated by Ibn Hibban in his
Shohih (no. 74), Abu Ya'ala in his Musnad (no.5403), Tahawi in Sharh al-Mushkil
al-Athar (4/172), Bazzar (3/90 Kashf al-Asrar) and Haythami has mentioned it in
Majmoo'a al-Zawaid (7/152) and he has ascribed it to Bazzar, Abu Ya'ala and
Tabarani in al-Awsat who said that the narrators are trustworthy."
No.11: (Hal.21
nr.3) Hadits dari Ibn Mas’ud ra : ‘Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh (macam)
bahasa, setiap ayat ada yang jelas dan ada yang kurang jelas dan setiap
larangan itu jelas ....(ada batasnya) ‘ Al-Albani dalam Mishkat ul-Masabih,
1/80 nr. 238 menyatakan menurut penyelidikannya bahwa pengarang/penulis Mishkat
memutuskan banyak hadits dengan kata-kata “diceriterakan/diriwayatkan dalam
Syarh As Sunnah” tapi waktu dia (Albani) menyelidiki bab masalah Ilmu dan
Keutamaan Al-Qur’an tidak menemukan hal itu !
Syeikh Seggaf berkata: ‘Ulama yang
paling pandai telah berbicara kesalahan yang sudah biasa. Dengan
kebohongan itu saya ingin mengata= kan, bila dia benar-benar tertarik untuk
menemukan ini hadits, kami mengusulkan agar dia melihat dalam bab yang
berjudul 'Al-Khusama fi Al-Qur'an van Sharh-us-Sunnah (1/262) dan
diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam shohihnya nr. 74, Abu Ya’la dalam Musnadnya
nr. 5403, Tahawi dalam Sharh Al Mushkil Al-Athar 4/172, Bazzar dalam Kash
Al-Asrar 3/90, Haitami telah menyatakan dalam Majmu’a Al-Zawaid 7/152 dan dia
merujuk kepada Bazzar, Abu Ya’la dan Tabrani dalam Al-Awsat yang berkata bahwa
semua perawinya bisa dipercayai.
No.12: (* Pg. 22 no. 4 ) Al-Albani
stated in his "Shohihah, 1/230" while he was commenting on Hadith no.
149: "The believer is the one who does not fill his stomach. . . . The
Hadith from Aisha as mentioned by Al-Mundhiri (3/237) and by Al-Hakim from Ibn
Abbas, I (Albani) could not find it in Mustadrak al-Hakim after checking it in
his 'Thoughts' section." Shaykh Saqqaf said: "Please don't encourage
the public to fall into the void of ignorance which you have tumbled into! If
you check Mustadrak al-Hakim (2/12) you will find it! This proves that you are
unskilled at using book indexes and the memorization of Hadith!"
No.12: (hal.22
nr.4) Al-Albani berkata dalam Shahiha, 1/230 waktu dia memberi komentar tentang
hadits nr. 149; “ Orang yang beriman ialah orang yang perutnya tidak
kenyang... “ hadits ini dari Aisyah yang
disebutkan dalam Al-Mudhiri 3/237 dan Al-Hakim dari Ibn Abbas. Saya (Albani)
tidak menemukan dalam Mustadrak Al-Hakim setelah penyelidikannya dan menurut
pasal pikirannya.
Syeikh Seggaf berkata: Tolong jangan
berani menjatuhkan masyarakat kepada kebodohan yang sia-sia, yang mana engkau
sudah terperosok didalamnya! Kalau engkau akan mencari dalam Mustadrak Al-Hakim
2/12 maka dia akan engkau dapati ! Ini membuktikan bahwa engkau sendiri tidak
ahli menggunakan buku index dan memberitakan dari Hadits.
No.13: (* Pg. 23 ) Another
ridiculous assumption is made by al-Albani in his "Shohihah, 2/476"
where he claims that the Hadith: "Abu Bakr is from me, holding the
position of (my) hearing" is not in the book 'Hilya'. We suggest you look
in the book "Hilya , 4/73!"
No.13:
(Hal.23) Lebih menggelikan lagi dugaan yang dibuat oleh Al-Albani
dalam Shohihah, 2/476 yang mana dia menyatakan bahwa hadits: ‘Abu Bakar dari
saya dan dia menempati posisi saya’ tidak ada didalam ‘Hilya’. Saya usulkan agar
anda melihat didalam "Hilya, 4/73 " !
No.14: (*Pg. 23 no. 5 )Al-Albani
said in his "Shohihah, 1/638 no. 365, 4th edition": "Yahya ibn
Malik has been ignored by the 6 main scholars of Hadith, for he was not
mentioned in the books of Tahdhib, Taqreeb or Tadhhib." Shaykh Saqqaf:
"That is what you say! It is not like that, for surely he is mentioned in
Tahdhib al-Tahdhib of Hafiz ibn Hajar al-Asqalani (12/19 Dar al-Fikr edition)
by the nickname Abu Ayoob al-Maraagi!! So beware!
No.14 (Hal.23 nr. 5) Al-Albani dalam
"Shohihah, 1/638 nr. 365, cet.ke 4" mengatakan : Yahya Ibn Malik
tidak dikenal/termasuk 6 ahli hadits karena dia ini tidak tercatat
Tahdzib, Taqreeb dan Tadzhib.
Syeikh Seggaf berkata: ‘Itu menurut
anda! Sebenarnya bukan begitu, nama julukannya ialah Abu Ayub
Al-Maraagi dan ini ada didalam Tahdzib, Al-Tahdzib disebutkan oleh Hafiz ibn
Hajar Al-Asqalani 12/19 cet.Dar Al-Fikr ! Hati-hatilah!
FURTHER EXAMPLES OF AL-ALBANI'S
CONTRADICTIONS
MASIH BANYAK CONTOH KONTRADIKSI DARI
AL-ALBANI !
No 15 : (* Pg. 7 )Al-Albani has
criticized the Imam al-Muhaddith Abu'l Fadl Abdullah ibn al-Siddiq al-Ghimari
(Rahimahullah) for mentioning in his book "al-Kanz al-Thameen" a
Hadith from Abu Hurayra (Allah be pleased with him) with reference to the
narrator Abu Maymoona: "Spread salaam, feed the poor. . . ."
Al-Albani said in "Silsilah
al-Daeefa, 3/492", after referring this Hadith to Imam Ahmad (2/295) and
others: "I say this is a weak sanad, Daraqutni has said 'Qatada from Abu
Maymoona from Abu Hurayra: Unknown, and it is to be discarded.'" Al-Albani
then said on the same page: "Notice, a slapdash has happened with Suyuti
and Munawi when they came across this Hadith, and I have also shown in a
previous reference, no. 571, that al-Ghimari was also wrong for mentioning it
in al-Kanz." But in reality it is al-Albani who has become slapdashed,
because he has made a big contradiction by using this same sanad in "Irwa
al-Ghalil, 3/238" where he says, "Classified by Ahmad (2/295),
al-Hakim . . . from Qatada from Abu Maymoona, and he is trusted as in the book
'al-Taqreeb', and Hakim said: 'A Shohih sanad', and al-Dhahabi agreed with
Hakim! So, by Allah glance at this mistake! Who do you think is wrong, the
Muhaddith al-Ghimari (also Suyuti and Munawi) or al-Albani?
No.15. (Hal.7) Al-Albani
mengeritik Imam Al-Muhaddith Abu'l Fadl Abdullah ibn Al-Siddiq Al-Ghimari
(Rahimahullah) waktu mengetengahkan hadits dari Abu Hurairah ra. dalam kitabnya
Al-Kanz Al-Thameen yang bertalian dengan perawi Abu Maymuna ; ‘Sebarkan salam,
beri makan orang-orang miskin..’
” Al-Albani berkata dalam Silsilah
Al-Daifa, 3/492 setelah merujuk hadits ini pada Imam Ahmad 2/295 dan lain-lain
: Saya berkata bahwa sanadnya lemah, Daraqutni juga berkata ‘Qatada dari Abu
Maymoona dari Abu Hurairah tidak dikenal dan itu harus dikesampingkan “.
Al-Albani berkata pada halaman yang sama; ‘Pemberitahuan, pukulan bagi Suyuti
dan Munawi, waktu mereka menemukan hadits ini, dan saya juga telah menunjuk kan
dalam referensi yang lalu nr. 571 bahwa Al-Ghimari itu telah salah menyebutkan
(hadits) itu dalam Al-kanz.
Tetapi sebenarnya Al-Albani-lah yang
terkena pukulan, sebab sangat bertentangan dengan perkataannya
dalam Irwa Al-Ghalil, 3/238 yang meng gunakan sanad yang sama,
katanya: ‘ Diklasifikasikan oleh Ahmad (2/295), al-Hakim....dari Qatada dari
Abu Maymuna dan orang mepercayainya sebagaimana yang disebutkan didalam buku
Al-Taqreeb dan Hakim berkata; Sanad yang shohih dan Al-Dhahabi sepakat
dengan Hakim !
Begitulah Allah langsung melihatkan
kesalahan tersebut ! Sekarang siapa- kah yang selalu salah; Ahli hadits(
Al-Ghimari, Suyuti, Munawi) atau Al-Albani ?
No 16 : (* Pg. 27 no. 3 ) Al-Albani
wanted to weaken a Hadith which allowed women to wear golden jewellery, and in
the sanad for that Hadith there is Muhammad ibn Imara. Al-Albani claimed that
Abu Haatim said that this narrator was: "Not that strong," see the
book "Hayat al-Albani wa-Atharu. . . part 1, pg. 207." The truth is
that Abu Haatim al-Razi said in the book 'al-Jarh wa-Taadeel, 8/45': "A
good narrator but not that strong. . ." So note that al-Albani has removed
the phrase "A good narrator !"
NB-(al-Albani has made many of the
Hadith which forbid Gold to women to be Shohih, in fact other scholars have
declared these Hadith to be daeef and abrogated by other Shohih Hadith which
allow the wearing of gold by women. One of the well known Shaykh's of the
"Salafiyya" - Yusuf al-Qardawi said in his book: 'Islamic awakening
between rejection and extremism, pg. 85: "In our own times, Shaykh Nasir
al-Din al-Albani has come out with an opinion, different from the consensus on
permitting women to adorn themselves with gold, which has been accepted by all
madhahib for the last fourteen centuries. He not only believes that the isnad
of these Ahadith is authentic, but that they have not been revoked. So, he
believes, the Ahadith prohibit gold rings and earrings." So who is the one
who violates the ijma of the Ummah with his extreme opinions?!)
No 16 (Hal.27 nr.
3) Al-Albani mau melemahkan hadits yang membolehkan wanita memakai perhiasan
emas dan dalam sanad hadits itu ada Muhammad ibn Imara. Al-Albani menyatakan
bahwa Abu Haatim berkata perawi ini ” tidak kuat “, lihat buku Hayat Al-Albani
wa-Atharu ..jilid 1 hal.207.
Yang benar ialah bahwa Abu Haatim
Al-Razi dalam buku 'Al-Jarh wa-Taadeel, 8/45 berkata: “ Perawi yang baik tapi
tidak sangat kuat....” Jadi lihat pada catatan Al-Albani bahwa kalimat
“Perawi yang baik “ dibuang !
NotaBene: Al-Albani telah
membuat/menulis banyak hadits yang menyata- kan larangan emas (dipakai) untuk
wanita menjadi Shohih, padahal kenyataannya para Ulama lain menyatakan
hadits-hadits ini lemah dan berlawanan dengan hadits Shohih yang memperbolehkan
pemakaian (perhiasan) emas oleh kaum wanita. Salah seorang Syeikh ‘Salafiah’
terkenal, Yusuf Al-Qardawi berkata dalam bukunya Islamic awakening between
rejection and extremism, halaman 85 : “Dalam zaman kita sendiri Syeikh Nasir
al-Din telah muncul dengan suatu pendapat yang bertentangan dengan kesepakatan
tentang pembolehan wanita-wanita menghias diri mereka dengan emas, yang telah
diterima/ disetujui oleh semua madzhab selama empat belas abad terakhir. Dia
tidak hanya mempercayai bahwa sanad dari hadits-hadits ini dapat dipercaya,
tapi bahwa hadits-hadits ini belum dicabut/dihapus. Maka dia percaya hadits-hadits
tersebut melarang cincin dan anting-anting emas “. Lalu siapa yang merusak
kesepakatan (ijma’) ummat dengan pendapat-pendapatnya yang ekstrem ?
No 17: (* Pg. 37 no. 1 )Hadith:
Mahmood ibn Lubayd said, "Allah's Messenger (Sall Allahu alaihi wa Aalihi
wa Sallim) was informed about a man who had divorced his wife 3 times (in one
sitting), so he stood up angrily and said: 'Is he playing with Allah's book
whilst I am still amongst you?' Which made a man stand up and say, 'O Allah's
Messenger, shall I not kill him?'" (al-Nisai). Al-Albani declared this
Hadith to be Daeef in his checking of "Mishkat al-Masabih, 2/981, 3rd
edition, Beirut, 1405 A.H; Maktab al-Islami", where he says: "This
man (the narrator) is reliable, but the isnad is broken or incomplete for he
did not hear it directly from his father." Al-Albani then contradicts
himself in the book "Ghayatul Maram Takhreej Ahadith al-Halal wal Haram,
no. 261, pg. 164, 3rd Edn, Maktab al-Islami, 1405 A.H"; by saying it is
SHOHIH!!!
No 17 (Hal. 37 nr. 1) Hadits :
Mahmud ibn Lubayd berkata; ‘Rasulallah saw. telah diberitahu mengenai seorang
yang telah mencerai isterinya 3x dalam satu waktu, oleh karena itu dia berdiri
dengan marah dan berkata; ‘Apakah dia bermain-main dengan Kitabullah, sedangkan
aku masih berada dilingkungan engkau ? Yang mana berdiri seorang untuk berkata
; Wahai Rasulallah, apakah dia tidak saya bunuh saja ? (Al-Nisa’i).
Al-Albani menyatakan hadits ini
lemah menurut penyelidikannya dari kitab ‘Mishkat Al-Masabih 2/981 cet.ketiga,
Beirut 1405 A.H. de Maktab Al-Islami ‘ yang mengatakan “ Perawinya bisa
dipercaya tapi isnadnya terputus atau tidak komplit, karena dia tidak mendengar
langsung dari ayahnya”. Al-Albani berkata berlawanan dengan dirinya sendiri
dalam buku Ghayatul Maram Takhreej Ahadith Al-Halal wal-Haram, nr. 261, hal.
164, cet.ketiga Maktab Al-Islami, 1405 A.H" telah mengatakan bahwa
hadits itu Shohih !!
No 18 : (* Pg. 37 no. 2)Hadith:
"If one of you was sleeping under the sun, and the shadow covering him
shrank, and part of him was in the shadow and the other part of him was in the
sun, he should rise up." Al-Albani declared this Hadith to be SHOHIH in
"Shohih al-Jami al-Sagheer wa Ziyadatuh (1/266/761)", but then
contradicts himself by saying it is DAEEF in his checking of "Mishkat
ul-Masabih, 3/1337 no. 4725, 3rd Ed" and he has referred it to the Sunan
of Abu Dawood!"
No 18 (Hal.37 nr.2) Hadits; “Bila
salah satu dari engkau tidur dibawah sinar matahari dan bentuk naungan telah
menutupinya dan sebagian darinya didalam naungan dan sebagiannya lagi dibawah
sinar matahari, maka dia harus bangun” . Al-Albani menyatakan hadits ini shohih
dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh (1/266/761) tapi perkataannya
berlawanan dengannya karena mengatakan hadits ini lemah dalam penyelidikannya
dari Mishkat ul-Masabih 3/1337 nr.4725 cet.ketiga dan dia merujuk hadits ini
pada Sunan Abu Daud.
No 19 : (* Pg. 38 no. 3 )Hadith:
"The Friday prayer is obligatory on every Muslim." Al-Albani rated
this Hadith to be DAEEF in his checking of "Mishkat al-Masabih,
1/434", and said: "Its narrators are reliable but it is discontinuous
as is indicated by Abu Dawood". He then contradicts himself in "Irwa
al-Ghalil, 3/54 no. 592", and says it is SHOHIH!!! So beware o wise men!
No. 19 (Hal.38 nr. 3) Hadits :
“Sholat Jum’at itu wajib bagi setiap Muslim” Al-Albani menganggap hadits ini
lemah dalam penyelidikannya dari De Mishkat Al-Masabih, 1/434 dan katanya;
Perawi dari hadits ini bisa dipercaya, tetapi terputus sebagaimana yang
dijelaskan oleh Abu Daud. Kalau begitu dia bertentangan dengan perkataannya
dalam’ Irwa Al-Ghalil 3/54 nr. 592’ dan mengatakan hadits ini Shohih !
Hati-hatilah sedikit, wahai orang bijaksana !
No 20 : (* Pg. 38 no. 4 ) Al-Albani
has made another contradiction. He has trusted Al-Muharrar ibn Abu Hurayra in
one place and then weakened him in another. Al-Albani certifies in "Irwa
al-Ghalil, 4/301" that Muharrar is a trustee with Allah's help, and Hafiz
(Ibn Hajar) saying about him "accepted", is not accepted, and therefore
the sanad is Shohih. He then contradicts himself in "Shohihah 4/156"
where he makes the anad DAEEF by saying: "The narrators in the sanad are
all Bukhari's (i.e.; used by Imam al-Bukhari) men, except for al-Muharrar who
is one of the men of Nisai and Ibn Majah only. He was not trusted accept by Ibn
Hibban, and that's why al-Hafiz Ibn Hajar did not trust him, Instead he only
said 'accepted!'" So beware of this fraud!
No.20 (Hal. 38 nr. 4).
Al-Albani membuat lagi kontradiksi. Dia disatu tempat mempercayai Al-Muharrar
ibn Abu Huraira kemudian ditempat lain dia melemahkannya. Al-Albani menerangkan
dalam Irwa Al-Ghalil 4/301 bahwa Al-Muharrar dengan bantuan Allah seorang yang
dapat dipercayai dan Hafiz (Ibnu Hajar) berkata mengenai dia “dapat
diterima”, tidak dapat diterima, dan oleh karenanya sanadnya Shohih.
Maka dia (Albani) berlawanan dengan
omongannya dalam Shohihah 4/156 yang mana dia melemahkan sanad sambil
mengatakan: ‘Perawi-perawi dalam sanad ialah semua orang-orang didalam Bukhori
(lain kata orang-orang yang dicantumkan oleh Imam Bukhori) kecuali Al-Muharrar
dia hanya salah satu dari orang-orang Nasa’i dan Ibn Majah . Dia tidak
dipercaya oleh Ibn Hibban dan oleh karenanya Al Hafiz Ibn Hajar tidak
mempercayainya, daripada itu dia hanya mengatakan “dapat diterima” .Hatilah-hatilah
dari kebohongan !
No 21 : (* Pg. 39 no. 5 ) Hadith:
Abdallah ibn Amr (Allah be pleased with him): "The Friday prayer is
incumbent on whoever heard the call" (Abu Dawood). Al-Albani stated that
this Hadith was HASAN in "Irwa al-Ghalil 3/58", he then contradicts
himself by saying it is DAEEF in "Mishkatul Masabih 1/434 no 1375"!!!
No.21 (Hal. 39 nr.
5) Hadits: Abdullah ibn Amr ra. “ Sholat Jumat wajib bagi orang yang sudah
mendengar panggilan (adzan)” (Abu Daud). Al-Albani menyatakan hadits ini Hasan
dalam “Irwa Al-Ghalil 3/58”, dan dia berlawanan dengan perkataannya yang
menyatakan hadits ini lemah dalam Mishkatul Masabih 1/434 nr. 1375 !
No 22 : (* Pg. 39 no. 6 )
Hadith: Anas ibn Malik (Allah be pleased with him) said that the Prophet (Sall
Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) used to say : "Do not be hard on
yourself, otherwise Allah will be hard on you. When a people were hard on
themselves, then Allah was hard on them." (Abu Dawood) Al-Albani stated
that this Hadith was DAEEF in his checking of "Mishkat, 1/64", but he
then contradicts himself by saying that this Hadith is HASAN in "Ghayatul
Maram, pg. 141"!!
No.22 (Hal. 39 nr.
6) Hadits : Anas ibn Malik ra. berkata bahwa Rasulallah saw. telah
bersabda: “Janganlah keras terhadap dirimu, dengan demikian Allah juga akan
keras terhadapmu, bilamana manusia keras terhadap dirinya maka Allah akan keras
juga terhadap mereka”. (Abu Daud). Al-Albani menurut penyelidikannya di Mishkat
1/64, mengatakan bahwa hadits ini lemah. Tapi dia lalu berlawanan dengan
perkataannya di "Ghayatul Maram, hal. 141 bahwa hadits ini
Hasan !!
No 23: (* Pg. 40 no. 7 ) Hadith of
Sayyida Aisha (Allah be pleased with her): "Whoever tells you that the
Prophet (Peace be upon him) used to urinate while standing, do not believe him.
He never urinated unless he was sitting." (Ahmad, Nisai and Tirmidhi )
Al-Albani said that this sanad was DAEEF in "Mishkat 1/117." He then
contradicts himself by saying it is SHOHIH in "Silsilat al-Ahadith
al-Shohihah 1/345 no. 201"!!! So take a glance dear reader!
No.23 (Hal.40 nr.
7) Hadits dari ‘Aisyah ra : “Siapapun yang mengatakan bahwa Rasulallah saw
biasa kencing dengan berdiri, janganlah dipercayai. Beliau tidak pernah kencing
kecuali dengan duduk” (Ahmad,Nasa’i dan Tirmidzi). Al-Albani dalam Mishkat
1/117 mengatakan sanad hadits ini lemah. Dia bertentangan dengan perkataannya
di “Silsilat Al-Ahadits al-Shohihah 1/345 nr.201” bahwa hadits ini Shohih
!
No 24 : (* Pg. 40 no. 8 ) Hadith
"There are three which the angels will never approach: The corpse of a
disbeliever, a man who wears ladies perfume, and one who has had sex until he
performs ablution" (Abu Dawood). Al-Albani corrected this Hadith in
"Shohih al-Jami al-Sagheer wa Ziyadatuh, 3/71 no. 3056" by saying it
was HASAN in the checking of "Al-Targhib 1/91" [Also said to be Hasan
in the English translation of 'The Etiquettes of Marriage and Wedding, pg. 11].
He then makes an obvious contradiction by saying that the same Hadith was DAEEF
in his checking of “Mishkatul-Masabih, 1/144 no. 464″ and says that the
narrators are trustworthy but the chain is broken between Al-Hasan al-Basri and
Ammar (Allah be pleased with him) as al-Mundhiri had said in al-Targhib
(1/91)!!
No.24 (Hal.40
nr.8) Hadits : “Tiga macam orang yang malaikat tidak mau mendekatinya : Mayit
orang kafir, lelaki yang memakai minyak wangi wanita dan orang yang telah
berhubungan sex (junub) sampai dia bersuci ” (Abu Daud). Al-Albani telah
membenarkan hadits ini dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh 3/71 nr.
3056 dengan mengatakan hadits itu Hasan dalam penyelidikan dari Al-Targhib 1/91
(juga mengatakan Hasan dalam Terjemahannya kedalam bahasa Inggris “The
Etiquettes of Marriage and Wedding, page 11). Dia membuat kontradiksi yang
nyata dalam penyelidikannya dalam Mishkatul-Masabih 1/144 nr. 464 mengatakan
hadits yang sama ini Lemah, dan dia berkata bahwa perawi-perawinya patut di-
percaya tapi rantai sanadnya terputus antara Hasan Basri dan Ammar
sebagaimana yang disebutkan juga oleh Al-Mundhiri dalam Al-Targhib 1/91 !!
No 25 : (* Pg. 42 no. 10 ) It
reached Malik (Rahimahullah) that Ibn Abbas (Allah be pleased with him) used to
shorten his prayer, in distances such as between Makkah and Ta’if or between
Makkah and Usfan or between Makkah and Jeddah. . . . Al-Albani has weakened it
in “Mishkat, 1/426 no. 1351″, and then contradicts himself by saying it is
SHOHIH in “Irwa al-Ghalil, 3/14″!!
No.25 (Hal. 42 nr.
10) Telah sampai (riwayat) dari Malik rh “bahwa Ibn Abbas ra. biasa menyingkat
(menggashor) sholatnya dalam jarak antara Makkah dan Ta’if atau antara Makkah
dan Usfan atau antara Makkah dan Jeddah…..” Al-Albani telah melemahkannya
dalam Mishkat, 1/426 nr.1351, dan dia bertentangan dengan perkataannya di Irwa
al-Ghalil 3/14 yang mengatakan ini Shahih !
No 26 : (* Pg. 43 no. 12 ) Hadith:
“Leave the Ethiopians as long as they leave you, because no one takes out the
treasure of the Ka’ba except the one with the two weak legs from Ethiopia.”
Al-Albani has weakened this Hadith in his checking of “Mishkat 3/1495 no. 5429″
by saying: “The sanad is DAEEF.” But then he contradicts himself as is his
habit, by correcting it in “Shohihah, 2/415 no. 772.”
No. 26. (Hal.43 nr.12) Hadits
: “Tinggalkan orang-orang Ethiopia selama mereka meninggalkanmu, sebab tidak
ada orang yang mengambil barang berharga dari Ka’bah kecuali seorang Ethopia
yang dua kakinya lemah” . Al-Albani dalam penyelidikannya di Mishkat 3/1495 nr.
5429 mengatakan sanadnya Lemah. Tapi sebagaimana biasa dia bertentangan dengan
perkata- annya dengan membenarkannya dalam Shahihah 2/415 nr. 772 !
An example of al-Albani praising
someone in one place and then disparaging him in another place in his books
Contoh (Sifat) dari Al-Albani ialah
pertama memuji seseorang disatu tempat dibukunya dan dilain tempat mengecilkan
orang tersebut.!!
No 27 : (* Pg. 32 ) He praises
Shaykh Habib al-Rahman al-Azami in the book ‘Shohih al Targhib wa Tarhib, page
63′, where he says: “I want you to know one of the things that encouraged me
to. . . . which has been commented by the famous and respected scholar Shaykh
Habib al-Rahman al-Azami” . . . . And he also said on the same page, “And what
made me more anxious for it, is that its checker, the respected Shaykh Habib
al-Rahman al-Azami has announced. . . .” Al-Albani thus praises Shaykh al-Azami
in the above mentioned book; but then makes a contradiction in the introduction
to ‘Adaab uz Zufaaf (The Etiquettes of Marriage and Wedding), new edition page
8′, where he said: “Al-Ansari has used in the end of his letter, one of the
enemies of the Sunnah, Hadith and Tawhid, who is famous for that, is Shaykh
Habib al-Rahman al-Azami. . . . . For his cowardliness and lack of scholarly
deduction. . . ..”
No.27 (Hal. 32)
Dia (Albani) memuji Syeikh Habib al-Rahman al-Azami didalam Shahih al Targhib
wa Tarhib hal. 63 yang mana katanya ; “Saya ingin agar engkau mengetahui satu
dari beberapa hal bahwa saya memberanikan diri untuk….yang dikomentari oleh
ulama yang terkenal dan terhormat Syeikh Habib al-Rahman al-Azami “…. dan dia
(Albani) mengatakan pada halaman yang sama “Dan apa yang membuat saya rindu
untuknya, orang yang menyelidiki sesuatu dan mengumumkannya yaitu yang
terhormat Syeikh Habib al-Rahman al-Azami “. Al-Albani memuji Syeikh
al-Azami dalam buku yang tersebut diatas. Tapi kemudian membuat penyangkalan
dalam ‘Adaab uz Zufaaf (Akhlak Perkawinan dan Pernikahan), edisi baru hal.8
yang dia berkata; Al-Ansari telah membiasakan akhir dari tulisannya,
salah satu musuh dari Sunnah, Hadits dan Tauhid, yang cukup terkenal , ialah
Syaikh Habib al-Rahman al-Azami……karena ketakutan dan kekurangan ilmunya….””
NB – (The above quotation from Adaab
uz Zufaaf is not found in the English translation by his supporters, which
shows that they deliberately avoided translating certain parts of the whole
work). So have a glance at this!
NB: (Kutipan diatas dari ‘Adaab uz
Zufaaf , tidak terdapat didalam terjemahan bahasa Inggris oleh
pendukung-pendukungnya yang mana menunjukkan bahwa mereka dengan sengaja tidak
mau menterjemahkan bagian-bagian tertentu). Ini perlu diperhatikan !
SELECTED TRANSLATIONS FROM VOLUME 2
Terjemahan-terjemahan pilihan dari
jilid (volume) 2
No 28 : (* Pg. 143 no. 1 ) Hadith of
Abi Barza (Allah be pleased with him): “By Allah, you will not find a man more
just than me” (Sunan al-Nisai, 7/120 no. 4103). Al-Albani said that this Hadith
was SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 6/105 no. 6978″, and then he
astonishingly contradicts himself by saying it is DAEEF in “Daeef Sunan
al-Nisai, pg. 164 no. 287.” So beware of this mess!
No.28
(Hal.143 nr.1) Hadits dari Abi Barza ra: “ Demi Allah, Engkau tidak akan
menemukan seorang lebih benar dari saya “(Sunan Al-Nisai 7/120 nr. 4103)
Al-Albani berkata bahwa hadits ini Shohih dalam Shohih Al-Jami wa Ziyadatuh
6/105 nr.6978 dan kemudian lebih mengherankan dia bertentang- an dengan
perkataannya dalam Daeef Sunan Al-Nisai hal. 164 nr. 287 yang mengatakan itu
Lemah. HATI-HATILAH DARI PENGACAUN INI !
No 29 : (* Pg. 144 no. 2 ) Hadith of
Harmala ibn Amru al-Aslami from his Uncle: “Throw pebbles at the Jimar by putting
the extremity of the thumb on the fore-finger.” (Shohih Ibn Khuzaima, 4/276-277
no. 2874) Al-Albani acknowledged its weakness in “Shohih Ibn Khuzaima” by
saying that the sanad was DAEEF, but then contradicts himself by saying it is
SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 1/312 no. 923!”
No 29 (Hal. 144
nr. 2) Hadits dari Harmala ibn Amru al-Aslami dari pamannya: “Letakkanlah batu
kerikil pada ujung ibu jari diatas jari depan (telunjuk) pada lemparan jumrah “
(Shohih Ibn Khuzaima, 4/276-277 nr.2874). Al-Albani memberitahu kelemahan ini
(hadits) dalam Shohih Ibn Khuzaima sambil mengatakan sanad hadits ini Lemah,
tapi kemudian dia bertentangan sendiri yang mengatakan Shohih dalam
“Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 1/312 no. 923 !”
No 30 : (* Pg. 144 no. 3 ) Hadith of
Sayyidina Jabir ibn Abdullah (Allah be pleased with him): “The Prophet (Peace
be upon him) was asked about the sexually defiled [junubi]. . . can he eat, or
sleep. . . He said :’Yes, when this person makes wudhu.’” (Ibn Khuzaima no. 217
and Ibn Majah no. 592). Al-Albani has admitted its weakness in his comments on
“Ibn Khuzaima, 1/108 no. 217″, but then contradicts himself by correcting the
above Hadith in “Shohih Ibn Majah, 1/96 no. 482 “!!
No 30 (Hal. 144
nr.3) Hadits dari Sayyidina Jabir ibn Abdullah ra. : “Rasulallah saw. ditanyai
tentang Junub (orang yang belum suci setelah bersetubuh) …apa boleh dia makan
atau tidur…Beliau saw. bersabda : Boleh, bila orang ini wudu dahulu “ (Ibn
Khuzaima nr. 217 dan Ibn Majah nr.592). Al-Albani telah mengikrarkan
kelemahannya didalam komentarnya di Ibn Khuzaima 1/108 nr. 217, Tetapi kemudian
kontradiksi sendiri dengan membenarkan hadits tersebut dalam Shohih Ibn Majah
1/96 nr. 482).
No 31 : (* Pg. 145 no. 4 ) Hadith of
Aisha (Allah be pleased with her): “A vessel as a vessel and food as food”
(Nisai, 7/71 no. 3957). Al-Albani said that it was SHOHIH in “Shohih al-Jami wa
Ziyadatuh, 2/13 no. 1462″, but then contradicts himself in “Daeef Sunan
al-Nisai, no. 263 pg. 157″, by saying it is DAEEF!!!
No. 31 (Hal.145
nr.4) Hadits dari Aisyah ra ; “ Perahu sebagai perahu
(berlayar) dan makanan sebagai makanan “ (Nasai 7/71 nr. 3957). Al-Albani
mengatakan hadits ini Shohih dalam Shohih al-Jami wa Ziyadatuh 2/13 nr.1462,
tetapi kemudian menyangkal sendiri dengan mengatakan Lemah dalam Daeef Sunan
al-Nisai nr. 263 hal. 157. !!
No 32 : (* Pg. 145 no. 5 ) Hadith of
Anas (Allah be pleased with him): “Let each one of you ask Allah for all his
needs, even for his sandal thong if it gets cut.” Al-Albani said that the above
Hadith was HASAN in his checking of “Mishkat, 2/696 no. 2251 and 2252″, but
then contradicts himself in “Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 5/69 no. 4947 and
4948″!!!
No 32 (Hal.145 nr.
5) Hadits dari Anas ra : “Mintalah setiap kamu pada Allah semua yang engkau
butuhkan walaupun mengenai tali sandalnya bila telah putus” Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini Hasan dalam penyelidik- annya di Mishkat 2/696 nr.
2251 dan 2252, tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam Daeef al-jami wa
Ziyadatuh 5/69 nr. 4947 dan 4948 !!
No 33 : (* Pg. 146 no. 6 ) Hadith of
Abu Dharr (Allah be pleased with him): “If you want to fast, then fast in the
white shining nights of the 13th, 14th and 15th.” Al-Albani declared it to be
DAEEF in “Daeef al-Nisai, pg. 84″ and in his comments on “Ibn Khuzaima, 3/302
no. 2127″, but then contradicts himself by calling it SHOHIH in “Shohih al-Jami
wa Ziyadatuh, 2/10 no. 1448″ and also corrected it in “Shohih al-Nisai, 3/902
no. 4021″!! So what a big contradiction!
NB- (Al-Albani mentioned this Hadith
in ‘Shohih al-Nisai’ and in ‘Daeef al-Nisai’, which proves that he is unaware
of what he has and is classifying, how inept!).
No. 33 (Hal.146 nr.6) Hadits dari
Abu Dzar ra : “Bila engkau ingin berpuasa, maka puasalah pada bulan purnama
tanggal 13, 14 dan 15 “ . Al-Albani menyatakan hadits ini Lemah dalam Daeef
al-Nisai hal. 84 dan dalam komentarnya di Ibn Khuzaima 3/302 nr. 2127. Tetapi
kemudian kontradiksi sendiri yang menyebutnya Shohih dalam Shohih al-Jami wa
Ziyadatuh 2/10 nr. 1448 dan pula membenarkan itu dalam Shohih al-Nisai
3/902 nr. 4021 !! Ini adalah kontradiksi yang besar !
NB: (Al-Albani menyebutkan hadits
ini dalam Shohih al-Nisai dan dalam Daeef al-Nisai, ini semua menunjukkan bahwa
dia tidak hati-hati/ceroboh atas apa yang telah dia perbuat, semuanya tidak
layak)
No 34 : (* Pg. 147 no. 7 )Hadith of
Sayyida Maymoonah (Allah be pleased with her): “There is nobody who has taken a
loan and it is in the knowledge of Allah. . . .” (Nisai, 7/315 and others).
Al-Albani said in “Daeef al-Nisai, pg 190″: “Shohih, except for the part
al-Dunya.” Then he contradicts himself in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/156″,
by saying that the whole Hadith is SHOHIH, including the al-Dunya part. So what
an amazing contradiction!
No.34 (Hal. 147
nr.7) Hadits dari Siti Maymunah ra ; “ Tidak seorangpun yang menerima pinjaman
dan itu (selalu)dalam pengetahuan Allah” (Nisai, 7/315 dan lain-lain).
Al-Albani berkata dalam Daeef al-Nisai hal.190 ; ‘Shohih, kecuali bagian
al-Dunya’. Kemudian dia menayangkal sendiri dalam Shohih al Jami wa Ziyadatuh
5/156, dengan mengatakan bahwa semua Hadits ini Shohih termasuk bagian
al-Dunya. Ini kontradiksi yang sangat menakjubkan !
No 35 : (* Pg. 147 no. 8 )Hadith of
Burayda (Allah be pleased with him): “Why do I see you wearing the jewellery of
the people of hell” (Meaning the Iron ring), [Nisai, 8/172 and others. . .].
Al-Albani has said that it was SHOHIH in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/153
no. 5540″, but then contradicts himself by saying it is DAEEF in “Daeef
al-Nisai, pg. 230″!!!
No.35 (Hal. 147
nr. 8) Hadits dari Buraidah ra: “Mengapa saya melihat engkau memakai
perhiasan dari penghuni neraka (Maksudnya cincin besi)”. (Nisai 8/172 dan
lain-lainnya….). Al-albani telah mengatakan hadits in Shohih dalam Shahih
al-jami wa Ziyadatuh 5/153 nr. 5540. Tetapi kemudian dia menyangkal sendiri
dengan mengatakan Lemah dalam Daeef al-Nisai hal.230) !
No 36 : (* Pg. 148 no. 9 )Hadith of
Abu Hurayra (Allah be pleased with him): “Whoever buys a carpet to sit on, he
has 3 days to keep it or return it with a cup of dates that are not brownish in
colour” (Nisai 7/254 and others). Al-Albani has weakened it with reference to
the ’3 days’ part in “Daeef Sunan al-Nisai, pg. 186″, by saying: “Correct,
except for 3 days.” But the ‘genius’ contradicts himself by correcting the
Hadith and approving the ’3 days’ part in “Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/220
no. 5804″. So wake up (al-Albani)!!
No.36 (Hal.148 nr.
9) Hadits dari Abu Huraira ra ; “ Siapapun membeli permadani untuk diduduki,
dia mempunyai waktu tiga hari untuk menyimpan- nya atau mengembalikannya dalam
beberapa waktu selama warnanya tidak menjadi coklat (karena kotor) ”. (Nisai
7/254 dan lain-lainya). Al-Albani telah melemahkan hadits ini pada bagian “tiga
hari” dengan menyebut referensi- nya dalam Daeef Sunan al-nisai hal. 186,
sambil katanya “Benar/Shohih kecuali kata-kata tiga hari”.Tetapi ‘orang cerdik
ini’ menyangkal sendiri dengan membenarkan hadits itu dan termasuk bagian
kata-kata “tiga hari” dalam Shohih al-jami wa Ziyadatuh 5/220 nr. 5804“.
Bangunlah hai al-Albani!
No 37 : (* Pg. 148 no. 10 )Hadith of
Abu Hurayra (Allah be pleased with him): “Whoever catches a single rak’ah of
the Friday prayer has caught (the whole prayer).” (Nisai 3/112, Ibn Majah 1/356
and others). Al-Albani has weakened it in “Daeef Sunan al-Nisai, no. 78 pg.
49″, where he said: “Abnormal (shadh), where Friday is mentioned.” He then
contradicts himself by saying SHOHIH, including the Friday part in “Irwa, 3/84
no. 622 .” May Allah heal you!
No.37 (Hal. 148
nr.10) Hadits Abu Hurairah ra : “Siapapun yang mendapati satu raka’at dari
Sholat Jum’at itu telah memadainya (untuk semua sholat)”. (Nisai 3/112,
Ibn Majah 1/356 dan lain-lainnya). Al-Albani telah melemahkan ini dalam Daeef
Sunan al-Nisai, nr. 78 hal. 49, dimana dia telah berkata; ‘Luar biasa (shadh),
bilamana disitu disebutkan hari jumat’. Kemudian dia kontradiksi sendiri dengan
mengatakan Shohih termasuk bagian hari Jum’at dalam Irwa, 3/84 nr. 622 !!
Semoga Allah menyembuhkanmu !
AL-Albani and his Defamation and
Authentication of Narrators at will !
Al-Albani dan Fitnahannya Dan
Perawi-perawi yang dipercaya kesenangannya !
No 38 : (* Pg 157 no 1 ) KANAAN IBN
ABDULLAH AN-NAHMY :- Al-Albani said in his “Shohihah, 3/481″ : “Kanaan is
considered Hasan, for he is attested by Ibn Ma’een.” Al-Albani then contradicts
himself by saying, “There is weakness in Kanaan” (see “Daeefah, 4/282″)!!
No 38 (Hal. 157
nr.1) Kanan Ibn Abdullah An-Nahmy : Al-Albani berkata dalam Shohihah, 3/481 ;
“Kanaan telah dianggap sebagai Hasan, untuk itu telah dinyatakan oleh Ibn
Ma’een. Kemudian Al-Albani menyangkal sendiri dengan katanya “ Ada kelemahan
pada Kanaan” (lihat Daeefah, 4/282) !!
No 39 : (* Pg. 158 no. 2 ) MAJA’A
IBN AL-ZUBAIR :- Al-Albani has weakened Maja’a in “Irwa al-Ghalil, 3/242″, by
saying, “This is a weak sanad because Ahmad has said: ‘There is nothing wrong
with Maja’a', and Daraqutni has weakened him. . .” Al-Albani then made a
contradiction in his “Shohihah, 1/613″ by saying: “His men (the narrators) are
trusted except for Maja’a who is a good narrator of Hadith.” An amazing
contradiction!
No 39 (Hal.158.
nr.2) Maja’a Ibn Al-Zubair : Al-Albani telah melemahkan Maja’a dalam Irwa
al-Ghalil, 3/242, dengan katanya. “ Ini adalah sanad yang lemah sebab Ahmad
telah berkata ‘ Tidak ada kesalahan dengan Maja’a, dan Daraqutni telah
melemahkan dia…’“. Al-Albani telah membuat kontradiksi dalam bukunya Shohihah
1/613 dengan mengatakan “ Perawi-perawinya bisa dipecaya kecuali Maja’a, itu
seorang perawi hadits yang baik“. Suatu pertentangan yang menakjubkan !!!
No 40 : (* Pg. 158 no. 3 ) UTBA IBN
HAMID AL-DHABI :- Al-Albani has weakened him in “Irwa al-Ghalil, 5/237″ by
saying: “And this is a weak (Daeef) sanad which has three defects. . . . the
second defect is the weakness of al-Dhabi, the Hafiz said: ‘A truthful narrator
with hallucinations’”. Al-Albani then makes an obvious contradiction in
“Shohihah, 2/432″, where he said about a sanad which mentions Utba: “And this
is a good (Hasan) sanad, Utba ibn Hamid al-Dhabi is trustworthy but has
hallucinations, and the rest of the narrators in the sanad are trusted.” !!
No 40 (Hal. 158 nr.3) Utba Ibn
Hamid Al-Dhabi; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa al-Ghalil 5/237
sambil katanya ; “ Dan ini adalah sanad lemah yang mempunyai tiga
kekeliruan….kekeliruan kedua ialah kelemahan dari al- Dhabi, Hafiz berkata ; ‘
Seorang perawi jujur dengan khayalan’ . Kemudian Al-Albani membuat
kontradiksi yang nyata dalam Shohihah 2/432, dimana dia ber- kata tentang sanad
yang menyebut Utba; ”Dan ini sanad yang baik (Hasan), Utba ibn Hamid al-Dhabi
dapat dipercaya…..tapi mempunyai khayalan, dan lain daripada sanad perawi itu
semuanya dapat dipercaya”.
No 41: (* Pg. 159 no. 4 )HISHAM IBN
SA’AD :- Al-Albani said in his “Shohihah, 1/325″: “Hisham ibn Sa’ad is a good
narrator of Hadith.” He then contradicts himself in “Irwa al-Ghalil, 1/283″ by
saying: “But this Hisham has a weakness in memorizing” So what an amazement !!
No 41 (Hal. 159 nr. 4) Hisham
Ibn Sa’ad ; Al-Albani berkata dalam Shohihah 1/325; “ Hisham ibn sa’ad ialah
perawi hadits yang baik”. Kemudian dia bertentangan sendiri dalam Irwa
al-Ghalil 1/283 sambil katanya ; “Tapi Hisham ini lemah dalam hafalan”. Sesuatu
yang mengherankan !!
No 42 : (* Pg. 160 no. 5 ) UMAR IBN
ALI AL-MUQADDAMI :- Al-Albani has weakened him in “Shohihah, 1/371″, where he
said: “He in himself is trusted but he used to be a very bad forger, which
makes him undependable. . . .” Al-Albani then contradicts himself again in
“Shohihah, 2/259″ by accepting him and describing him as being trustworthy from
a sanad which mentions Umar ibn Ali. Al-Albani says: “Classified by Hakim, who
said: ‘A Shohih Isnad (chain of transmission)’, and al-Dhahabi went along with
it, and it is as they have said.” So what an amazement !!!
No 42 (Hal.160 nr. 5) Umar Ibn
Ali Al-Muqaddami ; Al-albani telah melemahkan dia dalam Shohihah 1/371, dimana
dia berkata ; “ Dia merasa dirinya bisa dipercaya, tapi dia sebagai Pemalsu
yang sangat jelek, dengan menjadikan dirinya tidak dipercayai…” Al-Albani
membuat kontradiksi baru lagi dalam Shohihah 2/259 mengakui dia (Umar ibn Ali)
dan mengatakan bila ada sanad yang menyebut Umar Ibn Ali maka bisa
dipercayainya. Al-Albani berkata “ Diklasifikasikan oleh Hakim yang mana
berkata : “Shohih isnadnya” (rantaian perawinya) dan Al-Dhahabi mengakuinya
juga dan mereka (berdua) mengatakan demikian adalah benar “. Itu sangat
mengherankan !
No 43: (* Pg. 160 no. 6 )ALI IBN
SA’EED AL-RAZI :- Al-Albani has weakened him in “Irwa, 7/13″, by saying: “They
have said nothing good about al-Razi.” He then contradicts himself in another
‘fantastic’ book of his, “Shohihah, 4/25″, by saying: “This is a good (Hasan)
sanad and the narrators are all trustworthy.” So beware !!!
No 43 (Hal. 160. nr. 6) Ali Ibn
Sa’eed Al-Razi ; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa 7/13, dengan katanya
: “Mereka telah mengatakan tidak ada yang benar tentang al-Razi” Dia kemudian
menyangkal sendiri dalam ‘buku lainnya yang ‘indah/hebat’ Shohihah,
4/25, sambil mengatakan “Ini adalah baik (Hasan) sanadnya dan perawi-perawinya
semua bisa dipercaya”. Berhati-hatilah !!
No 44: (* Pg. 165 no. 13 ) RISHDIN
IBN SA’AD :- Al-Albani said in his “Shohihah, 3/79″ : “In it (the sanad) is
Rishdin ibn Sa’ad, and he has been declared trustworthy.” But then he contradicts
himself by declaring him to be DAEEF in “Daeefah, 4/53″; where he said: “And
Rishdin ibn Sa’ad is also daeef.” So beware!!
No 44: (Hal. 165 nr. 13) Rishdin Ibn
Sa’ad : Al-Albani berkata dalam Shohihah 3/79 : “ Ada dalam sanad Rishdin ibn
Sa’ad, dan dia telah menyatakan bisa dipercaya”. Tetapi kemudian dia
bertentangan sendiri dalam penyataannya yang mengatakan Lemah tentang dia
(Rishdin) dalam Daeefah 4/53, dimana dia berkata : “dan Rishdin ibn Sa’ad ini
juga lemah “. BERHATI-HATILAH !!
No 45: (* Pg. 161 no. 8 ) ASHAATH
IBN ISHAQ IBN SA’AD :- What an amazing fellow this Shaykh!! Al-Albani!! Proves
to be. He said in “Irwa al-Ghalil, 2/228″: “His status is unknown, and only Ibn
Hibban trusted him.” But then he contradicts himself by his usual habit! Because
he only transfers from books and nothing else, and he copies without knowledge;
this is proven in “Shohihah, 1/450″, where he said about Ashaath:
“Trustworthy”. So what an amazement !!!
No 45 (Hal. 161 nr. 8) Ashaath
Ibn Ishaq Ibn Sa’ad : Betapa mengherankan lelaki (Al-Albani) ini !! Terbukti,
dia berkata dalam Irwa al-Ghalil 2/228, “Keadaannya/statusnya tidak dikenal,
dan hanya Ibn Hibban mempercayai dia”. Tetapi kemudian dia bertentangan
sendiri, seperti kebiasaannya! Karena dia hanya mengalihkan/menyalin dari
buku-buku dan tidak ada lain- nya, dan dia mengutip/menyalin tanpa adanya ilmu
pengetahuan. Ini dibukti- kan dalam Shohihah 1/450, dimana dia berkata tentang
Ashaath : “Dapat dipercaya”. Keajaiban yang luar biasa!!
Nr.46: (* Pg. 162 no. 9 ) IBRAHIM
IBN HAANI :- The honourable!! The genius!! The copier!! Has made Ibrahim ibn
Haani trustworthy in one place and has then made him unknown in another.
Al-Albani said in ‘Shohihah, 3/426′: “Ibrahim ibn Haani is trustworthy”, but
then he contradicts himself in “Daeefah, 2/225″, by saying that he is unknown
and his Ahadith are refused!!
No 46: (Hal.162 nr.9) Ibrahim
Ibn Haani : “Paling terhormat ! Paling Pandai ! Tukang Menyalin ! Dia (Albani)
telah membuat Ibn Haani ‘dapat dipercaya‘ disatu tempat dan membuat dia ‘tidak
dikenal’ ditempat lainnya.. Al-Albani berkata dalam Shohihah 3/426; “ Ibrahim
ibn Haani ialah dapat dipercaya”, tetapi kemudian dia bertentangan sendiri
dalam Daeeah, 2/225 dengan katanya “bahwa dia itu tidak dikenal dan haditsnya
itu tertolak ! “.
No 47: (* Pg. 163 no. 10 ) Al-Ijlaa
Ibn Abdullah Al-Kufi : Al-Albani has corrected a sanad by saying it is good in
“Irwa, 8/7″, with the words: “And its sanad is good, the narrators are
trustworthy, except for Ibn Abdullah al-Kufi who is truthful.” He then
contradicts himself by weakening the sanad of a Hadith where al-Ijlaa is found
and has made him the reason for declaring it DAEEF (see ‘Daeefah, 4/71′); where
he said: “Ijlaa ibn Abdullah has a weakness.” Al-Albani then quoted Ibn
al-Jawzi’s (Rahimahullah) words by saying: “Al-Ijlaa did not know what he was
saying .”!!!
No 47: (Hal. 163 nr. 10)
Al-Ijlaa Ibn Abdullah Al-Kufi ; Al-Albani memperbaiki sanad sambil mengatakan
itu baik dalam Irwa 8/7, dengan kata-kata : “ Dan sanad tersebut adalah baik ,
perawi-perawi semua dapat dipercaya, kecuali Ibn Abdullah al-Kufi dia adalah
jujur “. Dia kemudian kontradiksi sendiri dengan melemahkan sanad dari hadits
yang diketemukan al-Ijlaa dan dia membuat alasan baginya untuk menyatakannya
lemah (lihat Daeefah 4/71) , dimana dia berkata: “ Ijlaa ibn Abdullah mempunyai
kelemahan “ Al-Albani menukil kata-kata Ibn al-Jawzi’s (Rahimahullah) yang
berkata ; “ Al-Ijlaa tidak mengetahui apa yang dia katakan “ !!!
No 48: (* Pg. 67-69 ) ABDULLAH IBN
SALIH : KAATIB AL-LAYTH :- Al-Albani has criticised Al-Hafiz al-Haythami,
Al-Hafiz al-Suyuti, Imam Munawi and the Muhaddith Abu’l-Fadl al-Ghimari
(Allah’s mercy be upon them) in his book “Silsilah al-Daeefah, 4/302″, when
checking a Hadith containing the narrator Abdullah ibn Salih. He says on page
300: “How could Ibn Salih be all right and his Hadith be good, even though he
has got many mistakes and is of little awareness, which also made some
fraudulent Hadiths enter his books, and he narrates them without knowing about
them!” He has not mentioned that Abdullah ibn Salih is one of Imam al-Bukhari’s
men (i.e. used by al-Bukhari), because it does not suit his mode, and he does
not state that Ibn Ma’een and some of the leading critics of Hadith have
trusted him. Al-Albani has contradicted himself in other places in his books by
making Hadiths containing Abdullah ibn Salih to be good, and here they are :-
Al-Albani said in “Silsilah al-Shohihah, 3/229″ : “And so the sanad is good,
because Rashid ibn Sa’ad is trustworthy by agreement, and who is less than him
in the men of Shohih, and there is also Abdullah ibn Salih who has said things
that are unharmful with Allah’s help!!”.”
Al-Albani also said in “Shohihah,
2/406″ about a sanad which contained Ibn Salih: “a good sanad in continuity.”
And again in “Shohihah, 4/647″: “He’s a proof with continuity”
NB- (Shaykh Saqqaf then continued
with some important advice, this has been left untranslated for brevity but one
may refer to the Arabic for further elaboration). By the grace of Allah, this
is enough from the books of Shaykh Saqqaf to convince any seeker of the truth,
let alone the common folk who have little knowledge of the science of Hadith.
If anyone is interested for hundreds of other similar quotes from Shaykh
Saqqaf, then I suggest you write to the following address to obtain his book
Tanaqadat al-Albani al-Wadihat (The Clear Contradictions of al-Albani).
No 48: (Hal. 67-69) Abdullah
Ibn Salih: Kaatib Al-Layth: Al-albani telah mengeritik Al-Hafiz al-Haitami,
Al-Hafiz al-Suyuti, Imam Munawi dan ahli hadits Abu’l-Fadzl al-Ghimari (rh)
dalam bukunya Silsilah al-Daeefah 4/302, waktu mengontrol hadits yang
didalamnya ada perawi Abdullah ibn Salih. Dia (Albani) berkata pada
halaman 300 ; “Bagaimana dapat Ibn Salih menjadi benar dan haditsnya menjadi
baik, dia sendiri sangat banyak membuat kesalahan dan yang mana juga memasukkan
beberapa hadits palsu didalam bukunya, dan dia meyebutkan sanad-sanadnya tapi
dia sendiri tidak mengenal mereka.”
Dia (Albani) tidak menyebutkan bahwa
Abdullah Ibn Salih ialah salah satu orang dari orang-orangnya Imam Bukhori
(yaitu dipakai oleh Bukhori), karena (Albani) tidak cocok dengan caranya
(Albani) dan dia (Albani) tidak menyebutkan bahwa Ibn Ma’een dan beberapa
kritikus dari hadits telah mempercayai dia (Abdullah Ibn Salih). Al-Albani
telah berlawanan dengan perkataannya sendiri, dalam tempat lain dibuku-bukunya
telah mengatakan bahwa semua hadits yang diketengahkan Abdullah ibn Salih
adalah baik, sebagai berikut :
Al-Albani berkata dalam de Silsilah
Al-Shohihah, 3/229 : “ Dan sanad itu baik, karena Rashid ibn Saad telah
disepakati dapat dipercaya dan lebih rendah dari dia dalam lingkungan
orang-orang yang Shohih dan juga Abdullah ibn Salih telah mengatakan sesuatu
yang tidak bahaya dengan bantuan Allah “Al-Albani juga berkata dalam Shohihah
2/406 mengenai sanad yang didalamnya ada Ibn Salih “sanad
berkesinambungan yang baik” Dan lagi dalam Shohihah 4/647; “Dia
adalah bukti dalam berkesinambungan”
NB: (kemudian Syeikh Seggaf
meneruskan dengan beberapa wejangan yang penting, demi keringkasan sengaja
tidak diterjemahkan , tetapi bila orang ingin merujuknya bisa lihat bahasa
Arabnya). Dengan karunia Allah, ini telah cukup dari buku-buku Syeikh Seggaf
untuk meyakinkan siapa saja yang mencari kebenaran, biarkan orang-orang itu
sendiri bersama-sama mengetahui sedikit tentang ilmu hadits. Bila ada
orang tertarik untuk mendapatkan buku yang didalamnya ada ratusan kutipan
yang serupa (tentang Al-Albani) yang berjudul Tanaqadat Al-Albani
Al-Wadihat silahkan anda menulis kealamat: IMAM AL-NAWAWI HOUSE POSTBUS
925393 AMMAN JORDAN.
Setelah kita menyimak berbagai
contoh kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak oleh
‘Yang Terhormat Al-Muhaddis Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani’ oleh
‘Al-Alamah Syeikh Muhamad Ibn Ali Hasan As-Saqqof’ dimana dalam kitabnya
tersebut beliau (Rahima- hullah) menunjukkan ± 1200 kesalahan dan penyimpangan
dari Syeikh Al-Albani dalam kitab-kitab yang beliau tulis seperti contoh
diatas. Maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa bidang ini tidak dapat digeluti
oleh sembarang orang, apalagi yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai seorang
yang layak untuk menyadang gelar ‘Al-Muhaddits’ (Ahli Hadits) dan tidak
memperoleh pendidikan formal dalam bidang ilmu hadits dari Universitas-universitas
Islam yang terkemuka dan ‘Para Masyaik’h yang memang ahli dalam bidang ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar